Apa Kapasistas Antum…!!!

17 06 2010

oleh: Masdar D

Hari gini nanya kapasitas…kapasitas hardisk, RAM, Flash disk, ha…ha…ha…? Tukas sang ikhwah A. Ikhwah B pun terdiam. “ Akhy kita ini da’i loh..jadi harus saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran dan kapasitas kita ya sama-sama memiliki amanah untuk mengajak orang lain kepada jalan yang benar, meluruskan, ya klo apa yang sudah kita sampaikan tidak diterima ya ndak pa2 toh”, kata ikhwah A. “Tapi kan ini dalam koridor tanzim atau struktur, jadi jangan sembarangan klo memberi nasihat, liat-liat dulu, siapa yang antum beri nasihat, dia itu kan mas’ul/MS/qiyadah”,

kata ikhwah B. “hem…, jadi da’wah ini untuk tanzim ya bukan untuk Allah SWT? Oh..ya wajar klo begitu ada kader yang ingin dihormati, dihargai, ingin jabatan yang tinggi biar bisa atur sana atur sini, nasihat sana nasihat sini, tapi gak mau dikasih masukan, dikasih nasihat, hatinya selalu menolak karena ada batasan kapasitas di tanzim, hem…ya..ya..?, kata ikhwah A sambil berlalu, ikhwah B pun berlalu sambil menutup malu, klo yang dihadapinya itu sebenarnya….anggota dewan man…!!!

Dari kisah fiktif diatas, sebenarnya ini yang terjadi juga pada aktifis da’wah modern ini. Ya…, walaupun ini masalah yang lama alias klasik tapi kenapa gak klo kita coba merenungkan dan tafakur untuk introfeksi pada diri kita masing-masing. Jangan bicara da’wah jika antum tidak memahami makna da’wah sebenarnya, jangan bicara ukhuwah jika kita sendiri salah mengartikan dan mempraktekkan ukhuwah, jangan bicara system / tanzim jika kita sendiri tidak tahu apa itu system / tanzim, jangan pernah bicara kapasitas jika kita tidak faham diri kita sendiri, siapa kita sebenarnya……

Ikhwah…tidak sedikit kader kita / ikhwah kita memandang orang lain lebih rendah dari kita karena jabatan yang kita sandang dalam organisasi. Apalah artinya jabatan jika kita tidak pernah memaknai jabatan sebagai amanah dari Allah SWT yang sewaktu-waktu mungkin kita lalai dan salah menjalankan amanah. Omong kosong dan bohong besar tangisan yang memilukan ketika kita terpilih sebagai pengemban amanah da’wah, ternodai dengan perbuatan kita, mungkin dari hal kecil diatas.

Fenomena saling menasehati pada kader saat ini mulai luntur, suasana ukhuwah tanpa ruhiyah mulai muncul, egoisme yang tidak terkontrol kian menjadi-jadi, emosi yang tidak terkendali semakin merenggangkan keakraban diantara kader, kata-kata kasar mencuat begitu dahsyat, bahkan kata-kata yang tidak sepantasnya keluar dari harimau kita, entah apa alas annya? Apa karena kapasitas yang berbeda? Atau karena hati kita yang begitu kotor, sehingga kita tidak bisa menerima sentuhan ruhiyah…inilah sebenarnya yang juga harus dibenahi, jangan pernah bicara “masalah kita didepan cukup banyak akhy”, tapi kita tidak tahu masalah mendasar yang sesungguhnya.

Maka ikhwah, siapa pun antum, qiyadah, mas’ul, MS, anggota dewan, dewan pertimbangan dan lainnya itu semua hanyalah kedok, tidak akan dibawa mati, lembutkan hati, tebar senyum ikhlasmu, berpelukanlah ketika bertemu, terimalah salam sapa saudaramu, pedulilah pada saudaramu, saling menasehati agar langkah da’wah ini berjalan syahdu tidak ada sembilu dan paku, kalupun ada kita siap bersama-sama menghilangkan itu semua. Hilangkanlah simbol-simbol jabatan antum, lembga antum, karena da’wah ini tidak butuh jabatan tapi melakukan sebuah pencerahan untuk umat manusia.

Mulai dari sekarang tanamkan pada diri kita untuk menerima saudara kita apa adanya, ingat da’wah ini bukan untuk siapa-siapa? Tapi untuk Allah SWT semata. Ambil setiap hikmah yang disampaikan walaupun pahit jika kita telan, jangan memandang jabatan rendah atau tinggi, tetapi kehalusan budi pekerti. Wallahu’alam bisawab


Aksi

Information

Tinggalkan komentar